Merdekanusantara.com – Peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-60 pada 12 November 2024 dengan tema “Gerak Bersama, Sehat Bersama” mengingatkan kita tentang pentingnya kesehatan sebagai aset berharga. Kesehatan tidak hanya terkait dengan bebasnya seseorang dari penyakit dan kecacatan, tetapi merupakan keadaan optimal di mana seseorang dapat hidup produktif baik secara sosial maupun ekonomi. Dengan tubuh dan pikiran yang sehat, individu dapat berkontribusi bagi kemajuan bangsa. Peribahasa lama menyebutkan Mens sana in corpore sano adalah kalimat dalam bahasa Latin yang artinya “jiwa yang sehat dalam tubuh yang sehat” atau “dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat”. Kalimat ini mengandung makna bahwa kesehatan tubuh dan jiwa saling berkaitan, sehingga jika salah satu sehat, maka yang lainnya juga akan sehat.
Makna Kesehatan Secara Holistik
Kesehatan secara holistik tidak sekadar menghindari sakit atau kecacatan, tetapi juga mencakup kemampuan hidup produktif. Menjaga kesehatan adalah investasi, yang harus dilakukan dengan mengadopsi gaya hidup sehat dan mencegah penyakit. Derajat kesehatan diukur dari terbebasnya masyarakat dari penyakit menular seperti TBC, ISPA, diare, dan hepatitis serta penyakit tidak menular seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke, kanker, dan diabetes melitus. Sayangnya, penyakit-penyakit ini masih sering dijumpai di masyarakat Indonesia, akibat dari pola makan yang tidak seimbang, gaya hidup tidak sehat, dan perilaku yang menyimpang dari prinsip hidup sehat. Menurut HL.Blum bahwa derajat Kesehatan sangat ditentukan oleh 4 (empat) factor utama yaitu factor keturunan, factor perilaku, factor pelayanan Kesehatan dan factor lingkungan. Selain karena pengaruh kebijakan politik, geopolitik dan interaksi dari aktifitas manusia dengan lingkungannya.
Tantangan Kesehatan: Angka Kematian Ibu dan Bayi serta Masalah Stunting
Masalah kesehatan di Indonesia masih diwarnai oleh tingginya angka kematian ibu dan bayi, serta tingginya angka stunting pada anak-anak. Berdasarkan data Maternal Perinatal Death Notification (MPDN), angka kematian ibu pada 2023 meningkat menjadi 4.129 kasus, dibandingkan dengan 4.005 kasus pada 2022. Angka kematian bayi juga menunjukkan kenaikan yang signifikan, dengan tercatat 72 kasus kematian balita dan tingkat kematian bayi mencapai 13,7 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2023.
Pemerintah telah menetapkan target penurunan angka kematian ibu (AKI) menjadi 183 per 100.000 kelahiran hidup, dan angka kematian bayi (AKB) menjadi 16 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2024. Namun, pencapaian target ini memerlukan upaya terpadu dalam hal layanan kesehatan dan kesadaran masyarakat.
Selain itu, masalah stunting juga masih menjadi perhatian. Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, prevalensi stunting di Indonesia tercatat sebesar 21,5%, turun sangat sedikit dari 21,6% pada tahun 2022 (SSGI). Di Kalimantan Selatan, prevalensi stunting bahkan meningkat dari 24,6% pada 2022 menjadi 24,7% pada 2023. Terendah Bali dengan prevalensi 7,4 % dan tertinggi Papua Tengah 39,4 %. Hal ini menunjukkan bahwa upaya penurunan stunting masih belum memberikan hasil yang optimal, dan perlu ditingkatkan lagi dalam aspek penyediaan gizi serta edukasi masyarakat tentang pentingnya nutrisi. Intervensi Spesisik dan sensitive serta integrasi berbagai intervensi tersebut yang tertuang di dalam Perpres Nomor 72 Tahun 2021 kebiajakan, strategi, program dan Langkah-langkah dalam percepatan penurunan stuntging dan direvisi menjadi pencegahan dan percepatan penurunan stunting. Mengingat target yang ditetapkan RPJM tahun 2019-2014 adalah penurunan prevalensi stunting menjadi 14 %.
Analisis Permasalahan Kesehatan
Permasalahan tingginya angka kematian ibu, bayi, dan balita serta angka stunting yang tinggi menunjukkan masih banyaknya tantangan dalam sektor kesehatan di Indonesia. Beberapa penyebab utama mencakup:
Akses terhadap layanan kesehatan yang belum merata: Banyak masyarakat yang kesulitan mendapatkan layanan kesehatan yang memadai, terutama di daerah terpencil.Seharusnya pelayanan Kesehatan Kesehatan mampu menjangkau mereka.Namun ini kita sadari juga karena remote area tersebut petugas ksehatan hanya dapat menjangkau secara berkala. Pemerintah sudah berusaha menyediakan faskes yang bisa mendekati mereka.
Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pemeriksaan kesehatan secara rutin: Minimnya edukasi terkait kesehatan membuat banyak ibu tidak menjalani pemeriksaan kehamilan yang memadai, yang berpotensi meningkatkan risiko kematian ibu dan bayi.Secara Protap bahwa ibu hamil minimal memeriksakan Kesehatan keadaan kehamilannya 6 (enam) kali selama periode hamil kepada tenaga Kesehatan (bidan). Diantaranya pada semester 1 (3 bulan pertama kehamilan) harus diperiksa oleh dokter obgyn dan 1 kali lagi pada semester 3 kehamilan. Ini merupkan prktik dan perilaku kesadaran Masyarakat yang sangat krusial.Melalui kegiatan pemeriksaan Kesehatan Ante NatalCare (ANC) ini bentuk Upaya nyata untuk menjamin ibu sehat dan bayi lahir selamat.
Kondisi ekonomi: Ekonomi yang kurang mendukung menyebabkan sebagian masyarakat tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi yang cukup dan berkualitas. Hal ini sudah banyak dilakukan oleh Pemrintah dan swasta melalui CSR. Misalnya dengan memberikan bibit ternak ikan, ayam maupun ternak lainnya. Serta dari ketahan pangan berupa pemanfaatan pekarangan dan lahan untuk ditanami bibit tanaman sayuran dan buah2 aan atau taman gizi dan Kawasan Rumah Pangan Lestari KRPL). Memberikan akses BPJS bagi Kabupaten/Kota yang telah memprogramkan Universal health Coverage (UHC). Karena Sebagian Masyarakat kita yang memerlukan pelayanan kesehtan atau karena sakit terkendala karena tidak memiliki jaminan Kesehatan dari BPJS,dll
Perilaku hidup yang tidak sehat: Pola makan yang tidak seimbang, kurangnya olahraga, serta perilaku tidak sehat lainnya menjadi faktor utama yang menyebabkan berbagai penyakit. Jajaran Kesehatan sudah erring dan sudah lama memprogramkan Gerakan Masyarakat hidup sehat (GERMAS) Dimana Masyarakat didorong berperilaku hidup sehat dengan kebiasaan mengkonsumsi makanan bergizi, melakukan aktifitas fisik setiap hari sekitar jam 10 an di tempat kerja sekitar 15 menit melakukan peregangan dan memeriksakan Kesehatan minimal 2 kali dalam setahun. Program lainnya seperti CERDIK (Cek Kesehatan secara rutin, enyahkan asap rokok,rajin aktifitas fisk/berolah raga, Diit seimbang, istirahat cukup dan Kelola stress),dll
Pandemi COVID-19 pada tahun 2020 menjadi peringatan keras akan bahaya penyakit menular yang bisa menyebar luas dan berdampak besar bagi masyarakat. Kita perlu waspada terhadap munculnya penyakit baru, yang sering disebut sebagai “Tomorrow Disease”, yang bisa berdampak buruk pada kesehatan masyarakat dan ekonomi negara.”Tomorrow Disease” adalah keadaan penyakit atau pandemi yang bisa muncul dikemudian hari tanpa terdeteksi atau diprediksi. Namun dengan telah majunya surveilans epiedemiologi di bidang Kesehatan dan diterapkannya teknologi informasi dan updating data Kesehatan yang berkala.Selain itu dilengkapinya sarana dan prasarana Kesehatan (infrastruktur Kesehatan), SDM Kesehatan,penganggaran yang mencukupi, sehingga memiliki ketahanan atau self reliance di bidang kesehatan. Agar kewaspadaan dalam mengkadapi pandemi seperti pada pandemi Covid 19 yang terjadi pada 2020 lalu dapat diantisipasi sejak dini. Sistem Kesehatan harus memiliki early warning system yang handal dan terus diupdate dari waktu ke waktu
Kesimpulan dan Harapan
Hari Kesehatan Nasional ke-60 menjadi pengingat akan pentingnya kesehatan sebagai investasi masa depan. Kesehatan yang optimal menjadi dasar bagi kehidupan yang produktif dan sejahtera. Untuk mencapai target kesehatan nasional, diperlukan sinergi antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat dalam menjaga kesehatan, memperbaiki akses layanan kesehatan, dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya gizi yang seimbang serta deteksi dini penyakit.
Dengan kesehatan yang baik, masyarakat dapat berkontribusi dalam pembangunan negara. Sebaliknya, tanpa kesehatan yang optimal, segala upaya menjadi sia-sia. Tantangan seperti angka kematian ibu dan bayi yang tinggi, serta tingginya prevalensi stunting, harus menjadi prioritas bersama. Mengingat pentingnya Kesehatan bagi kehidupan kita.Kita baru merasakan pentingnya Kesehatan di kala kita sakit maupun melakukan perawatan yang intensif. Memang Kesehatan bukanlah segala-galanya tetapi tanpa Kesehatan yang optimal segala sesuatu tidak akan ada artinya.(*)
Penulis Ketua Pengda Iakmi Kalsel (2015-2023): H.Didy Ariady, SKM,M.Kes