Merdekanusantara.com, Cilacap – Potensi wisata di Kabupaten Cilacap masih banyak yang belum digali, di beberapa desa masih banyak pontesi yang perlu gali, baik wisata alam maaupun buatan.
Untuk mewujudkan Cilacap maju dari sektor pariwisatanya Pj. Bupati Cilacap M. Arief Irwanto bersama Disporapar meengumpulkan puluhan desa yang sudah bersertifikat menjadi desa wisata, pembahasan potensi wisata tersebut dilaksanakan di gedung Jalabumi komplek Pendopo Wikayakusuma, Minggu (10/1/2025).
Hadir dalam kesempatan tersebut Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata, Paiman, S.Sg, Kepala Dispermades Bintang Dwi Cahyono, AP. MM, Plt Kepala Dinas Pertanian Drs. Achmad Nurlaili, Msi, Ketua Forum Komunikasi Desa Wisata (FKDW) Muharno.
Dalam sambutanya, Pj. Bupati menekankan, agar pariwisata di tingkat desa bisa berkembang maka, untuk membika objek pariwisata harus berani mengangkat kearifan lokal.
“Wisata yang ada di desa harus memuncukan kearifan lokal agar mempunyai daya tarik tersediri di masing-masing desa, dan yang lebih penting desa harus mampu berinovasi sehingga pengunjung tidak aka bosan utuk kembali, ” jelas Arief.
Arief juga menambahkan, wisata di Cilacap bukan hanya ada pantainya saja, masih banyak wisata alam lainya seperti di pegunungan untuk wilayah Cilacap Barat, maupun Cilacap Timur.
Disamping wisata alam, bisa juga ada wisata ternak yang ada di Desa Tayem Timur BUMDes di Tayem Timur melakukan ternak kambing yang cukup maju, dan ini bisa juga di jadikan sebagai wisata edukasi tentang bagaimana caranya mengembangbiakan kambing sehingga bisa maju seperti saat ini, beber Arief.
“Agar sektor wisata di desa bisa maju, maka beberala OPD harus bisa bersinergi yang utamanya adalah Disporapar, Dispermadis dan Dinas Pertanian yang saat ini sedang menggalakan budi daya tanaman anggur, ini sangat bagus seandainya di tempat objek wisata juga bisa ditanami anggur, sehingga ini mampu menjadi daya tarik tersendiri, ” pungkas Arif.
Menyikapi saran Pj. Bupati, Kepala Dispermades Bintang Dwi Cahyono, AP, MM menudung dengan adanya wisata di desa-desa yang sebagian besar dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
“Kami dari Dispermades tentunya akan sangat mendukung kebijakan tersebut selama itu mampu bisa mendongkrak ekonomi di desa, tentunya dengan pengawasan yang baik sehinga apa yang menjadi keinginan kita besama untuk maju di bidang wisata bisa sesuai harapan, ” kata Bintang.
Menurut Bintang, di Indonesia ada dua klasifikasi desa, yakni desa sejahtera dan desa mandiri, untuk desa sejahteta itu desa yang masih mengandalkan dana transfer seperti dari APBD, ADD, APBN, DD, maupun dari provinsi. Utuk desa mandiri yakni desa yang sudah memiliki pendapatan asli desa dan mampu untuk menyelengarakan berbagai kepentingan pemerintah desa.
“Untuk desa mandiri biasanya banyak didukung dari sektor pariwisata, salah satunya adalah Desa Serang di Purbalingga dengan PADesa yang sudah mencapai 10 miliar, dan di Cilacap juga kita harus optimis bisa seperti mereka, ” jelas Bintang.
Dispermades sendiri memiliki peran bagaiman peran BUMDes untuk ikut mengelola potensi wisata maupun potinsi yang menjadi ungulan di desa, sehingga nilai pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat serta keterlibatan masyarakat melalui BUMDes meningkat.
“Saya berharap kedepanya di Kabupaten Cilacap ada desa mandiri dengan keterlibatan BUMdes, melalu berbagi sektor, salah satunya adalah sektir pariwisata, ” jelas Bintang.
Sementara itu Ketua Forum Komunikasi Desa Wisata, Cilacap Muharno yang juga sebagai Kepala Desa Jetis mampu mengelola wisata pantai yang ada di Jetis sehingga bisa maju dan tidak jalan ditempat.
“Untuk wisata Jetis sendiri bisa bertahan sampai sekarang karena kami selalu berinovasi, mulai dari penataan komplek wisata pantainya, dan dari kuliner nya sendiri di pantai Jetis sudah lengkap, baik makanan hasil laut maupun makanan yang lainya, ” jelas Muharno.
Dengan adanya Forum Komunikasi Desa Wisata ini, saya berharap forum ini bisa betul-betu menjadi ajang komunikasi untuk desa desa yang ada di Cilacap yang memiliki potensi wisata agar bisa digali dengan baik, sehingga kedepanya akan menjadi salah satu sumber pendapatan desa, tutup Muharno.(Juna)