Merdekanusantara.com, Solo – Jajaran pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI ) Kota Tangerang berkunjungan ke Monumen Pers Nasional pada Sabtu (28/6/2025).
Rombongan dipimpin langsung oleh Ketua PWI Kota Tangerang Herwanto setelah mengikuti acara Ikrab 1 Suro di keroton Kota Surakarta terus melakukan kunjungan ke Monumen Pers Nasional, namun tak sedikitpun menyurutkan semangat rombongan untuk mengetahui sejarah terbentuknya PWI dan Monumen Pers Nasional.
Ketika tiba di Monumen Pers Nasional, Jalan Gajah Mada, Kota Surakarta, rombongan disambut dengan hangat oleh para pengurus. Tampak senyuman hangat terpancar di wajah mereka.
Di dalam, para pengurus menyajikan video sejarah Gedung Monumen Pers Nasional dan sejarah terbentuknya PWI Surakarta yang diketahui merupakan PWI tertua.
Video pun diputar, tampak raut wajah ingin tahu rombongan PWI Kota Tangerang mengenai sejarah yang ada di Monumen Pers Nasional tersebut.
Banyak hal menarik di dalamnya. Mulai awal mula berdirinya Gedung Monumen Pers Nasional, Alat yang digunakan wartawan dahulu untuk memperoleh berita, sejarah Radio “Kambing”, nama-nama wartawan Jawa dahulu dan banyak hal lagi mengenai dunia pers Indonesia.
Dalam Gedung Monumen Pers Nasional, di gedung utama terdapat patung-patung wajah wartawan Jawa dahulu, Societeit Mangkunegaran dari Masa ke Masa, Cetakan Koran dahulu dan lainnya.
Selain itu, terdapat Ruang Mangkunegaran, Ruang Peresmian Monpers, Ruang Sejarah Pers Surakarta dan Ruang Pamer Sejarah Pers.
Lanjut ke lantai dua, ada Ruang Rekam Sejarah Pers, Ruang Perpustakaan, Ruang Kemala serta Ruang Digitalisasi.
Seluruh perkembangan pers dipaparkan kepada rombongan. Mulai dari awal terbitkan koran cetak hingga e-paper yang muncul di era digitalisasi seperti saat ini.
Petugas Monumen Pers Nasional menuturkan, perjalanan Pers di Indonesia dimulai di Solo, yang dokumentasinya masih tersimpan rapi di Monumen Pers Nasional.
“Pergerakan sejarah perjalanan Pers Indonesia pada tahun 1946 lahir dari tempat ini,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, koleksi yang dimiliki Monumen Pers adalah bukti penting dari semua media yang didokumentasikan dengan rapi dan terawat di museum tersebut.
“Sampai saat ini sudah beberapa juta halaman koran yang sudah di digitalkan dari ribuan koleksi koran di Monumen Pers,” ujarnya.
Dia mengatakan, untuk penerbitan pers bisa mengirimkan bukti terbitnya ke Monumen Pers agar dapat didokumentasikan dan menambah koleksi museum.
Lanjutnya, awal mula pergerakan Pers di Indonesia ditandai dengan hadirnya wartawan dari berbagai daerah ke Solo untuk mendeklarasikan Persatuan Wartawan Indonesia.
“Bangunan ini adalah saksi sejarah dan menjadi cagar budaya. Bangunan sejak awal dirancang modern fasilitasnya seperti ada helipadnya di rooftop atas. Dulu di atap atas juga menjadi tempat semedi Pak Harmoko (Menteri Penerangan era Presiden Soeharto),” jelasnya.
Sementara, Ketua PWI Kota Tangerang Herwanto menyampaikan terima kasih kepada jajaran PWI Surakarta dan pengurus Monumen Pers Nasional karena berkenan menerima kunjungan PWI Kota Tangerang.
“Ini adalah bentuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas para Jurnalis kota Tangerang,” tuturnya.
Dirinya menerangkan, pers merupakan pilar ke-4 demokrasi yang kebebasannya dilindungi undang-undang. Sehingga sudah semestinya, insan pers menjadi media penyampaian setiap aspirasi masyarakat terhadap pemerintah, yang tentu saja diharapkan memahami tugas dan fungsinya dengan memperhatikan kode etik jurnalistik yang berlaku.
“Sehingga berita yang disajikan harus mengedepankan fakta, bukan kebohongan atau hoaks,” tegasnya.
Herwanto berharap, insan pers agar taat terhadap etik jurnalistik, yang bukan semata mengejar atensi publik dengan sajian berita yang sekadar heboh atau click bait, terutama bagi media online yang menawarkan kecepatan.
“Saya ingin kemitraan Pemkot Tangerang dengan seluruh media dapat terus terjalin. Besar harapan saya rekan-rekan menjadi corong informasi yang baik antara pemerintah dengan masyarakat,” tandasnya. (Red)